Rabu, 19 Desember 2012

ALLAH THE ALMIGHTY






ALLAH THE ALMIGHTY


ALLAH MAHA BESAR DENGAN  SEGALA KEAGGUNGAN MILIK MU
ALLAH MAHA BESAR DENGAN  SEGALA PUJI UNTUK MU

BAYI YANG LAHIR
NYAWA YANG HILANG
SETIAP INSAN SEMUA TELAH DITULISKAN

BURUNG TERBANG
IKAN BERENANG
KARENA ALLAH

TIADA SATU PUN TAK TERENCANA
DAUN YANG JATUH
HUJAN YANG TURUN
SETIAP MUSIBAH DAN KEMATIAN TELAH DITULISKAN

ALLAH YANG MAHA PENCIPTA
ALLAH YANG MAHA BESAR
TIDAK SATU PUN KEKURANGAN



Selasa, 27 November 2012

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Mudah dan Murah



Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Mudah dan Murah
Oleh :
Andy Risasmoko *)


A.     Pendahuluan
Permasalahan sampah merupakan masalah yang terjadi hampir terjadi di setiap tempat. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk sehingga produksi sampah setiap hari dan tiap waktu semakin meningkat. Pengelolaan sampah yang belum tepat juga merupakan penyebab permasalahan sampah di beberapa tempat belum teratasi dengan baik. Pada prinsipnya sampah dapat diolah kembali menjadi bahan atau produk yang memiliki manfaat dan nilai yang lebih baik. Rumah tangga menghasilkan sampah setiap hari, baik berupa sampah anorganik maupun organik. Sampah anorganik antara lain berupa plastik, botol bekas minuman, kaleng, logam, kaca, dsb. Sedangkan sampah organik yang berasal dari rumah tangga dapat berupa sisa makanan, sayuran, daun-daunan, dsb. Sebagian besar sampah anorganik merupakan bahan yang dapat di daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Dan untuk menjual sampah anorganik seperti botol bekas minuman, kaleng, logam, kaca, dsb sudah banyak pembeli yang mau memanfaatkan atau mendaur ulang sampah tersebut.

Berbeda dengan sampah anorganik, sampah organik merupakan bahan yang tidak dapat di daur ulang. Oleh karena itu, perlu pengolahan sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga sehingga menjadi bahan yang lebih bermanfaat atau memiliki nilai lebih. Selain itu, juga dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah dan mengurangi pencemaran lingkungan.

B. Proses Pengolahan Sampah Organik
Pengelolaan sampah yang tepat dapat mengurangi jumlah sampah khususnya sampah yang dihasilkan sehari-hari oleh rumah tangga. Pemisahan sampah anorganik dengan organik menjadi faktor penting untuk proses pengolahan sampah selanjutnya. Sampah-sampah organik yang sudah dipisahkan dengan sampah anorganik yang dihasilkan dari rumah tangga dapat diolah menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan sebagi pupuk maupun media tanaman. Untuk skala rumah tangga kompos dapat menjadi pupuk organik, sebagai media tanaman hias, media tanam sayuran/buah-buahan, dsb. Bahkan untuk skala besar dapat menjadi peluang bisnis.
Menurut Ken, dalam proses pengolahan sampah organik menjadi kompos, langkah pertama adalah membuat bahan fermentasi. Bahan fermentasi diperoleh dengan cara yang mudah dan murah, bahan-bahan tersebut terdiri dari tempe, gula pasir dan air. Untuk pembuatan bahan fermentasi sebanyak 1 liter, komposisinya tediri dari 2/3 air (air sekitar 750 ml) dan 1/3 tempe dan gula (tempe 150 gr + gula pasir 100 gr). Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukan ke dalam botol ukuran ± 1 liter, sehingga bahan-bahan tersebut tercampur di dalam botol. Bahan-bahan yang telah tercampur di dalam botol tersebut selanjutnya dibiarkan ± 4 hari. Setelah ± 4 hari bahan fermentasi tersebut telah siap untuk digunakan dalam proses pembuatan kompos.
Langkah kedua adalah menyiapkan tempat untuk proses pembuatan kompos. Tempat/box yang digunakan sebagai tempat tinggal bakteri dapat terbuat dari box bambu atau plastik. Syaratnya yaitu, box tersebut memiliki ventilasi atau lubang udara, sehingga bakteri tetap bisa bernafas pada kondisi box yang tertutup. Ukuran box sekitar p x l x t yaitu, 50 cm x 40 cm x 30 cm dengan bahan fermentasi ± 1 liter. Selanjutnya yang perlu dipersiapkan adalah campuran serasah dengan sekam, banyaknya sekitar 1/2 dari ukuran box. Agar cairan fermentasi tidak bocor pada saat dituangkan ke box maka, alas dan dinding box dilapisi dengan potongan kardus/karton. Box yang telah siap kemudian alas dan dindingnya dilapisi dengan kardus/karton. Campuran serasah dan sekam dimasukan ke dalam box sekitar 1/2 ukuran box. Sebanyak 1 liter bahan fermentasi yang telah dibuat dituangkan ke dalam box kemudian diaduk. Dan box dalam kondisi tertutup.

Langkah ketiga adalah proses pembentukan sampah organik rumah tangga menjadi kompos. Sampah organik yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga dapat berupa sayuran, sisa makanan, dsb kemudian di masukkan/disimpan ke dalam box yang telah disiapkan tersebut. Apabila ukuran sampah agak besar, seperti sayuran maka sebaiknya dipotong-potong menjadi lebih kecil ± 3 cm x 3 cm, agar mempercepat proses pengomposan. Selain itu agar bahan-bahan tersebut cepat dan merata dalam proses pengomposan perlu diaduk sehingga bahan fermentasi dan sampah organik tersebut bercampur, sehingga proses pengomposan cepat terjadi. Pada kondisi normal dibutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menjadi kompos. Setelah menjadi kompos, agar bahan/bakteri dapat berkembang biak lagi maka kompos yang sudah terbentuk di dalam box tersebut hanya diambil/dimanfaatkan setengah box. Bahan/bakteri yang tersisa di dalam box dapat digunakan kembali secara berulang-ulang, sehingga tidak perlu membuat bahan fermentasi lagi, namun cukup sekali saja dan digunakan secara berkelanjutan dan terus-menerus. Oleh karena itu, biayanya sangat murah karena hanya menyiapkan tempe+gula+air sebagai bahan fermentasi dan box+campuran serasah+sekam sebagai tempat tinggal untuk bakteri. Dan sangat mudah karena sampah organik yang umumnya dibuang ke tempat sampah namun sekarang dibuang/dimasukkan ke dalam box tempat tinggal bakteri sehingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos atau pupuk juga dapat sebagi media tanam untuk tanaman.


C. Penutup
Permasalahan sampah khususnya sampah organik yang berasal dari rumah tangga dapat diatasi apabila setiap rumah tangga mau menerapkan metode tersebut. Sampah yang sebelumnya dibuang saja ke tempat sampah dan menimbulkan pencemaran/gangguan lingkungan ternyata dapat dengan mudah dan murah diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan yang berguna bagi peningkatan kualitas tanah dan lingkungan.
Proses ini sangat mudah untuk diaplikasikan dalam skala rumah tangga, rutin sehari-hari, tidak memerlukan keahlian khusus, dan bahan-bahan yang mudah untuk diperoleh. Selain itu juga murah, karena bahan-bahannya dapat dibuat sendiri dengan biaya yang sangat murah serta hanya mengeluarkan biaya pada awal pembuatannya saja. Bahan fermentasi/bakteri dapat digunakan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Manfaatnya yang diperoleh juga sangat besar karena mengurangi sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan sampah, mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah, juga dapat membuka peluang usaha apabila proses pembuatan kompos ini dilakukan dalam skala besar.
Selain di perumahan, proses ini juga dapat diterapkan ditempat yang mengelola dapur/tempat makan yang menghasilkan sampah organik dalam jumlah besar. Contohnya di Balai Diklat Kehutanan yang mengelola dapur/tempat makan untuk kegiatan diklat. Sampah organik yang berasal dari dapur/tempat makan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi kompos.
Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.

*) Widyaiswara Pertama Balai Diklat Kehutanan Bogor

Daftar Pustaka
Suryati, T. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah. Agromedia, Jakarta.
Yoshida, K. 2012. Presentasi Pengelolaan Sampah Organik. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.