Rabu, 28 November 2012
Selasa, 27 November 2012
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Mudah dan Murah
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang
Mudah dan Murah
Oleh
:
Andy Risasmoko *)
A.
Pendahuluan
Permasalahan
sampah merupakan masalah yang terjadi hampir terjadi di setiap tempat. Hal ini
terjadi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk sehingga produksi sampah
setiap hari dan tiap waktu semakin meningkat. Pengelolaan sampah yang belum
tepat juga merupakan penyebab permasalahan sampah di beberapa tempat belum
teratasi dengan baik. Pada prinsipnya sampah dapat diolah kembali menjadi bahan
atau produk yang memiliki manfaat dan nilai yang lebih baik. Rumah tangga
menghasilkan sampah setiap hari, baik berupa sampah anorganik maupun organik. Sampah
anorganik antara lain berupa plastik, botol bekas minuman, kaleng, logam, kaca,
dsb. Sedangkan sampah organik yang berasal dari rumah tangga dapat berupa sisa
makanan, sayuran, daun-daunan, dsb. Sebagian besar sampah anorganik merupakan
bahan yang dapat di daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Dan untuk menjual
sampah anorganik seperti botol bekas minuman, kaleng, logam, kaca, dsb sudah
banyak pembeli yang mau memanfaatkan atau mendaur ulang sampah tersebut.
Berbeda
dengan sampah anorganik, sampah organik merupakan bahan yang tidak dapat di
daur ulang. Oleh karena itu, perlu pengolahan sampah organik yang dihasilkan
dari rumah tangga sehingga menjadi bahan yang lebih bermanfaat atau memiliki
nilai lebih. Selain itu, juga dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke
tempat pembuangan sampah dan mengurangi pencemaran lingkungan.
B. Proses
Pengolahan Sampah Organik
Pengelolaan
sampah yang tepat dapat mengurangi jumlah sampah khususnya sampah yang
dihasilkan sehari-hari oleh rumah tangga. Pemisahan sampah anorganik dengan
organik menjadi faktor penting untuk proses pengolahan sampah selanjutnya.
Sampah-sampah organik yang sudah dipisahkan dengan sampah anorganik yang
dihasilkan dari rumah tangga dapat diolah menjadi kompos yang dapat
dimanfaatkan sebagi pupuk maupun media tanaman. Untuk skala rumah tangga kompos
dapat menjadi pupuk organik, sebagai media tanaman hias, media tanam
sayuran/buah-buahan, dsb. Bahkan untuk skala besar dapat menjadi peluang
bisnis.
Menurut
Ken, dalam proses pengolahan sampah organik menjadi kompos, langkah pertama
adalah membuat bahan fermentasi. Bahan fermentasi diperoleh dengan cara yang
mudah dan murah, bahan-bahan tersebut terdiri dari tempe, gula pasir dan air. Untuk
pembuatan bahan fermentasi sebanyak 1 liter, komposisinya tediri dari 2/3 air
(air sekitar 750 ml) dan 1/3 tempe dan gula (tempe 150 gr + gula pasir 100 gr).
Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukan ke dalam botol ukuran ± 1 liter,
sehingga bahan-bahan tersebut tercampur di dalam botol. Bahan-bahan yang telah
tercampur di dalam botol tersebut selanjutnya dibiarkan ± 4 hari. Setelah ± 4
hari bahan fermentasi tersebut telah siap untuk digunakan dalam proses
pembuatan kompos.
Langkah
kedua adalah menyiapkan tempat untuk proses pembuatan kompos. Tempat/box yang
digunakan sebagai tempat tinggal bakteri dapat terbuat dari box bambu atau
plastik. Syaratnya yaitu, box tersebut memiliki ventilasi atau lubang udara,
sehingga bakteri tetap bisa bernafas pada kondisi box yang tertutup. Ukuran box
sekitar p x l x t yaitu, 50 cm x 40 cm x 30 cm dengan bahan fermentasi ± 1
liter. Selanjutnya yang perlu dipersiapkan adalah campuran serasah dengan
sekam, banyaknya sekitar 1/2 dari ukuran box. Agar cairan fermentasi tidak
bocor pada saat dituangkan ke box maka, alas dan dinding box dilapisi dengan
potongan kardus/karton. Box yang telah siap kemudian alas dan dindingnya
dilapisi dengan kardus/karton. Campuran serasah dan sekam dimasukan ke dalam
box sekitar 1/2 ukuran box. Sebanyak 1 liter bahan fermentasi yang telah dibuat
dituangkan ke dalam box kemudian diaduk. Dan box dalam kondisi tertutup.
Langkah
ketiga adalah proses pembentukan sampah organik rumah tangga menjadi kompos.
Sampah organik yang berasal dari sisa kegiatan rumah tangga dapat berupa
sayuran, sisa makanan, dsb kemudian di masukkan/disimpan ke dalam box yang
telah disiapkan tersebut. Apabila ukuran sampah agak besar, seperti sayuran
maka sebaiknya dipotong-potong menjadi lebih kecil ± 3 cm x 3 cm, agar
mempercepat proses pengomposan. Selain itu agar bahan-bahan tersebut cepat dan
merata dalam proses pengomposan perlu diaduk sehingga bahan fermentasi dan
sampah organik tersebut bercampur, sehingga proses pengomposan cepat terjadi.
Pada kondisi normal dibutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menjadi kompos.
Setelah menjadi kompos, agar bahan/bakteri dapat berkembang biak lagi maka
kompos yang sudah terbentuk di dalam box tersebut hanya diambil/dimanfaatkan
setengah box. Bahan/bakteri yang tersisa di dalam box dapat digunakan kembali
secara berulang-ulang, sehingga tidak perlu membuat bahan fermentasi lagi,
namun cukup sekali saja dan digunakan secara berkelanjutan dan terus-menerus.
Oleh karena itu, biayanya sangat murah karena hanya menyiapkan tempe+gula+air
sebagai bahan fermentasi dan box+campuran serasah+sekam sebagai tempat tinggal
untuk bakteri. Dan sangat mudah karena sampah organik yang umumnya dibuang ke
tempat sampah namun sekarang dibuang/dimasukkan ke dalam box tempat tinggal
bakteri sehingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos atau pupuk juga dapat sebagi
media tanam untuk tanaman.
C. Penutup
Permasalahan
sampah khususnya sampah organik yang berasal dari rumah tangga dapat diatasi
apabila setiap rumah tangga mau menerapkan metode tersebut. Sampah yang sebelumnya
dibuang saja ke tempat sampah dan menimbulkan pencemaran/gangguan lingkungan
ternyata dapat dengan mudah dan murah diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan
yang berguna bagi peningkatan kualitas tanah dan lingkungan.
Proses
ini sangat mudah untuk diaplikasikan dalam skala rumah tangga, rutin
sehari-hari, tidak memerlukan keahlian khusus, dan bahan-bahan yang mudah untuk
diperoleh. Selain itu juga murah, karena bahan-bahannya dapat dibuat sendiri
dengan biaya yang sangat murah serta hanya mengeluarkan biaya pada awal
pembuatannya saja. Bahan fermentasi/bakteri dapat digunakan secara
berulang-ulang dan berkelanjutan. Manfaatnya yang diperoleh juga sangat besar
karena mengurangi sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan sampah,
mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah, juga dapat membuka peluang
usaha apabila proses pembuatan kompos ini dilakukan dalam skala besar.
Selain
di perumahan, proses ini juga dapat diterapkan ditempat yang mengelola
dapur/tempat makan yang menghasilkan sampah organik dalam jumlah besar.
Contohnya di Balai Diklat Kehutanan yang mengelola dapur/tempat makan untuk
kegiatan diklat. Sampah organik yang berasal dari dapur/tempat makan tersebut
dapat dimanfaatkan menjadi kompos.
Selamat
mencoba. Semoga bermanfaat.
*) Widyaiswara Pertama Balai Diklat
Kehutanan Bogor
Daftar
Pustaka
Suryati,
T. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah. Agromedia, Jakarta.
Yoshida,
K. 2012. Presentasi Pengelolaan Sampah Organik. Balai Besar Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Langganan:
Postingan (Atom)