Hutan dan lahan merupakan sumber
daya alam yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi pembangunan Nasional.
Kendati demikian terhadap hutan dan lahan sering terjadi ancaman dan gangguan
sehingga menghambat upaya-upaya pelestariannya. Salah satu bentuk ancaman dan
gangguan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan mempunyai
dampak buruk terhadap tumbuhan/tanaman, sosial ekonomi dan lingkungan hidup,
sehingga kebakaran hutan dan lahannya bukan saja berakibat buruk terhadap hutan
dan lahannya sendiri, tetapi lebih jauh akan mengakibatkan terganggunya proses
pembangunan.
Sementara ini kebakaran hutan dan
lahan masih dianggap sebagai suatu musibah/bencana alam seperti halnya gempa
bumi dan angin topan, padahal kebakaran hutan dan lahan berbeda dengan
kejadian-kejadian bencana alam tersebut. Kebakaran hutan dan lahan dapat
dicegah/dikendalikan, karena kita telah mengetahui bahwa apabila musim kemarau
atau daerah rawan kebakaran tidak diadakan pencegahan sudah dapat dipastikan
akan terjadi kebakaran hutan/lahan. Berdasarkan hal tersebut di atas, sudah
saatnya pengendalian kebakaran hutan dan lahan ditangani secara terencana,
menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan. Dengan kata lain, bahwa pengendalian
kebakaran hutan dan lahan tidak hanya tertuju pada pemadaman saat kebakaran
hutan musim kemarau, tetapi hal-hal lain yang bersifat pencegahan harus
direncanakan dan dilakukan berkelanjutan baik pada musim kemarau maupun pada
musim penghujan.
Prinsip Dasar Kebakaran Hutan
Faktor-faktor terjadinya suatu
kebakaran hutan dan lahan adalah karena adanya unsur panas, bahan bakar dan
udara/oksigen. Ketiga unsur ini dapat digambarkan dalam bentuk segitiga api.
Pada prinsipnya, pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah menghilangkan salah
satu atau lebih dari unsur tersebut.
Penyebaran api bergantung kepada
bahan bakar dan cuaca. Bahan bakar berat seperti log, tonggak dan cabang-cabang
kayu dalam keadaan kering bisa terbakar, meski lambat tetapi menghasilkan panas
yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti rumput dan resam kering, daun-daun
pinus dan serasah, mudah terbakar dan cepat menyebar, yang selanjutnya dapat
menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang besar.
Unsur-unsur cuaca yang penting dalam
kebakaran hutan dan lahan adalah angin, kelembaban dan suhu. Angin yang bertiup
kencang meningkatkan pasokan udara sehingga mempercepat penyebaran api. Pada
kasus kebakaran besar, angin bersifat simultan. Semakin besar kebakaran, tiupan
angin semakin kencang akibat perpindahan massa udara padat di sekitar kebakaran
ke ruang udara renggang di tempat kebakaran.
Kadar air/kelembaban bahan bakar
juga penting untuk dipertimbangkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan
lahan. Pada keadaan normal, api menyala perlahan pada malam hari karena
kelembaban udara diserap oleh bahan bakar. Udara yang lebih kering pada siang
hari dapat menyebabkan kebakaran yang cepat. Oleh sebab itu, secara teknis pada
malam hari akan lebih mudah mengendalikan kebakaran hutan/lahan daripada siang
hari. Namun demikian tidak lantas berarti, bahwa pengendalian kebakaran secara
serius tidak dilakukan pada siang hari. Kenyataannya karena berbagai
pertimbangan, kebakaran lebih banyak ditanggulangi pada siang hari. Suhu udara
juga mempengaruhi para pemadam kebakaran, dalam keadaan udara yang panas, daya
tahan dan kemampuan kerja pemadam kebakaran menurun.
Sumber Api Kebakaran
Kejadian
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia meningkat selama dekade terakhir ini.
Sebagian besar kebakaran tersebut disebabkan oleh kelalaian manusia. Di samping
itu, meningkatnya masalah kebakaran hutan juga akibat adanya kondisi sangat
kering yang secara periodik terjadi oleh pengaruh perubahan iklim global/makro
yang melanda beberapa daerah di Indonesia.
Kebakaran hutan bisa terjadi karena ketidaksengajaan maupun karena
kesengajaan
Kegiatan budidaya dan faktor lainnya
yang dapat menjadi sumber api kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:
a) Pertanian/perkebunan
Sebagian besar kebakaran hutan dan
lahan berasal dari kegiatan pembakaran pada sistem pengolahan lahan. Pembukaan
kawasan hutan untuk membuka suatu areal baru bagi tanaman pangan/perkebunan
sudah lama berlangsung. Setelah 2 atau 3 tahun ditanami tanaman pangan, lahan
tersebut biasanya menjadi miskin hara dan ditinggalkan. Selanjutnya pembukaan
kawasan hutan yang lainnya terjadi lagi untuk maksud yang sama. Demikian
terus-menerus, bahkan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Pembakaran juga dilakukan pada lahan
pertanian menetap untuk menghilangkan sisa-sisa panenan, serta pada lahan calon
perkebunan dalam kegiatan persiapan lahan tanam.
Karena kebakaran biasanya dilakukan
pada musim kemarau dan tidak atau kurang diawasi, maka api dengan mudah
merambat ke kawasan hutan/lahan di sekitarnya dan menyebabkan kebakaran
hutan/lahan yang merugikan secara ekonomis dan ekologis.
b) Pembuatan Tanaman Hutan
Dalam kegiatan penanaman hutan
terutama dengan sistem tebang habis permudaan buatan atau bahkan kegiatan
reboisasi, api digunakan untuk pembersihan pada persiapan lahan tanam.
Seringkali karena keteledoran, api merambat ke kawasan hutan dan lahan di
sekitarnya dan menyebabkan kebakaran hutan.
c) Pembalakan/logging
Kebakaran hutan akibat
pembalakan/logging biasanya diakibatkan oleh kelalaian dari para pembalak pada
musim kering. Sebagai contoh percikan api jatuh mengenai bahan kering
menimbulkan bara, selanjutnya menjadi nyala api yang merembet pada bahan-bahan
lain di lantai hutan.
d) Api Batubara
Kebakaran batubara merupakan suatu
masalah unik seperti yang terjadi di Kalimantan Timur. Lapisan batubara yang
terbakar akibat kebakaran hebat pada tahun 1993 masih membara di bawah tanah.
Pada musim penghujan keadaan ini hampir tidak ada masalah, karena bara
tersembunyi di bawah permukaan tanah. Tetapi pada musim kemarau kadar air tanah
turun menyebabkan tanah kering dan retak-retak merekah. Demikian pula karena
kebakaran lapisan batubara terus berlangsung menyebabkan longsoran-longsoran
pada bibir lubang/sumur api. Akibat rekahan dan longsoran ini api batubara
menyentuh bahan bakar dari vegetasi yang telah kering (terlebih dahulu mati
akibat panas api batubara) selanjutnya merembet ke segala jurusan di lantai
hutan.
Saat ini masih terdapat banyak
titik-titik api batubara yang membara dan sangat potensial sebagai penyebab
kebakaran hutan di Kalimantan Timur. Keadaan serupa itu dapat pula terjadi di
tempat-tempat lain yang mempunyai lapisan batubara dangkal di bawah permukaan
tanah.
e) Kejadian Alam
Sumber api kebakaran hutan dan lahan
yang berasal dari kejadian alam, walaupun jarang terjadi tetapi kemungkinan
tetap ada yaitu dari halilintar/petir. Tetapi apabila petir menyambar pohon
dengan tajuk yang mudah terbakar dalam keadaan basah (pinus), hal ini akan
menimbulkan kebakaran tajuk yang hebat pada hutan pinus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar