Jumat, 12 Oktober 2012

"Kebakaran Hutan" (Materi Perlindungan Hutan pada Diklat Ganis Kelola Lingkungan)



Hutan dan lahan merupakan sumber daya alam yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi pembangunan Nasional. Kendati demikian terhadap hutan dan lahan sering terjadi ancaman dan gangguan sehingga menghambat upaya-upaya pelestariannya. Salah satu bentuk ancaman dan gangguan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan mempunyai dampak buruk terhadap tumbuhan/tanaman, sosial ekonomi dan lingkungan hidup, sehingga kebakaran hutan dan lahannya bukan saja berakibat buruk terhadap hutan dan lahannya sendiri, tetapi lebih jauh akan mengakibatkan terganggunya proses pembangunan.
Sementara ini kebakaran hutan dan lahan masih dianggap sebagai suatu musibah/bencana alam seperti halnya gempa bumi dan angin topan, padahal kebakaran hutan dan lahan berbeda dengan kejadian-kejadian bencana alam tersebut. Kebakaran hutan dan lahan dapat dicegah/dikendalikan, karena kita telah mengetahui bahwa apabila musim kemarau atau daerah rawan kebakaran tidak diadakan pencegahan sudah dapat dipastikan akan terjadi kebakaran hutan/lahan. Berdasarkan hal tersebut di atas, sudah saatnya pengendalian kebakaran hutan dan lahan ditangani secara terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan. Dengan kata lain, bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak hanya tertuju pada pemadaman saat kebakaran hutan musim kemarau, tetapi hal-hal lain yang bersifat pencegahan harus direncanakan dan dilakukan berkelanjutan baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan.


Prinsip Dasar Kebakaran Hutan
Faktor-faktor terjadinya suatu kebakaran hutan dan lahan adalah karena adanya unsur panas, bahan bakar dan udara/oksigen. Ketiga unsur ini dapat digambarkan dalam bentuk segitiga api. Pada prinsipnya, pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah menghilangkan salah satu atau lebih dari unsur tersebut.
Penyebaran api bergantung kepada bahan bakar dan cuaca. Bahan bakar berat seperti log, tonggak dan cabang-cabang kayu dalam keadaan kering bisa terbakar, meski lambat tetapi menghasilkan panas yang tinggi. Bahan bakar ringan seperti rumput dan resam kering, daun-daun pinus dan serasah, mudah terbakar dan cepat menyebar, yang selanjutnya dapat menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang besar.
Unsur-unsur cuaca yang penting dalam kebakaran hutan dan lahan adalah angin, kelembaban dan suhu. Angin yang bertiup kencang meningkatkan pasokan udara sehingga mempercepat penyebaran api. Pada kasus kebakaran besar, angin bersifat simultan. Semakin besar kebakaran, tiupan angin semakin kencang akibat perpindahan massa udara padat di sekitar kebakaran ke ruang udara renggang di tempat kebakaran.
Kadar air/kelembaban bahan bakar juga penting untuk dipertimbangkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Pada keadaan normal, api menyala perlahan pada malam hari karena kelembaban udara diserap oleh bahan bakar. Udara yang lebih kering pada siang hari dapat menyebabkan kebakaran yang cepat. Oleh sebab itu, secara teknis pada malam hari akan lebih mudah mengendalikan kebakaran hutan/lahan daripada siang hari. Namun demikian tidak lantas berarti, bahwa pengendalian kebakaran secara serius tidak dilakukan pada siang hari. Kenyataannya karena berbagai pertimbangan, kebakaran lebih banyak ditanggulangi pada siang hari. Suhu udara juga mempengaruhi para pemadam kebakaran, dalam keadaan udara yang panas, daya tahan dan kemampuan kerja pemadam kebakaran menurun.


      Sumber Api Kebakaran
Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia meningkat selama dekade terakhir ini. Sebagian besar kebakaran tersebut disebabkan oleh kelalaian manusia. Di samping itu, meningkatnya masalah kebakaran hutan juga akibat adanya kondisi sangat kering yang secara periodik terjadi oleh pengaruh perubahan iklim global/makro yang melanda beberapa daerah di Indonesia. Kebakaran hutan bisa terjadi karena ketidaksengajaan maupun karena kesengajaan
Kegiatan budidaya dan faktor lainnya yang dapat menjadi sumber api kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut:
a)    Pertanian/perkebunan
Sebagian besar kebakaran hutan dan lahan berasal dari kegiatan pembakaran pada sistem pengolahan lahan. Pembukaan kawasan hutan untuk membuka suatu areal baru bagi tanaman pangan/perkebunan sudah lama berlangsung. Setelah 2 atau 3 tahun ditanami tanaman pangan, lahan tersebut biasanya menjadi miskin hara dan ditinggalkan. Selanjutnya pembukaan kawasan hutan yang lainnya terjadi lagi untuk maksud yang sama. Demikian terus-menerus, bahkan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Pembakaran juga dilakukan pada lahan pertanian menetap untuk menghilangkan sisa-sisa panenan, serta pada lahan calon perkebunan dalam kegiatan persiapan lahan tanam.
Karena kebakaran biasanya dilakukan pada musim kemarau dan tidak atau kurang diawasi, maka api dengan mudah merambat ke kawasan hutan/lahan di sekitarnya dan menyebabkan kebakaran hutan/lahan yang merugikan secara ekonomis dan ekologis.
b)    Pembuatan Tanaman Hutan
Dalam kegiatan penanaman hutan terutama dengan sistem tebang habis permudaan buatan atau bahkan kegiatan reboisasi, api digunakan untuk pembersihan pada persiapan lahan tanam. Seringkali karena keteledoran, api merambat ke kawasan hutan dan lahan di sekitarnya dan menyebabkan kebakaran hutan.
c)    Pembalakan/logging
Kebakaran hutan akibat pembalakan/logging biasanya diakibatkan oleh kelalaian dari para pembalak pada musim kering. Sebagai contoh percikan api jatuh mengenai bahan kering menimbulkan bara, selanjutnya menjadi nyala api yang merembet pada bahan-bahan lain di lantai hutan.
d)    Api Batubara
Kebakaran batubara merupakan suatu masalah unik seperti yang terjadi di Kalimantan Timur. Lapisan batubara yang terbakar akibat kebakaran hebat pada tahun 1993 masih membara di bawah tanah. Pada musim penghujan keadaan ini hampir tidak ada masalah, karena bara tersembunyi di bawah permukaan tanah. Tetapi pada musim kemarau kadar air tanah turun menyebabkan tanah kering dan retak-retak merekah. Demikian pula karena kebakaran lapisan batubara terus berlangsung menyebabkan longsoran-longsoran pada bibir lubang/sumur api. Akibat rekahan dan longsoran ini api batubara menyentuh bahan bakar dari vegetasi yang telah kering (terlebih dahulu mati akibat panas api batubara) selanjutnya merembet ke segala jurusan di lantai hutan.
Saat ini masih terdapat banyak titik-titik api batubara yang membara dan sangat potensial sebagai penyebab kebakaran hutan di Kalimantan Timur. Keadaan serupa itu dapat pula terjadi di tempat-tempat lain yang mempunyai lapisan batubara dangkal di bawah permukaan tanah.
e)    Kejadian Alam
Sumber api kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari kejadian alam, walaupun jarang terjadi tetapi kemungkinan tetap ada yaitu dari halilintar/petir. Tetapi apabila petir menyambar pohon dengan tajuk yang mudah terbakar dalam keadaan basah (pinus), hal ini akan menimbulkan kebakaran tajuk yang hebat pada hutan pinus.
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar